Empat Tahun, Kepemimpinan Edy Hanya Kontroversi, Akademisi Sebut Bisa Jadi Preseden Buruk
Selama empat tahun memimpin Sumatera Utara (Sumut), stigama yang melekat pada Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi hanya kontroversi saja. Edy Rahmayadi dinilai belum bisa menerjemahkan visi dan misinya dengan baik.
Demikian dikatakan Pengamat Politik dari Universitas Islam Sumatera Utara (UIN Sumut), Rholand Muary saat ditanya wartawan, Minggu (11/9) terkait statement-statement kontroversial Edy Rahmayadi yang sering viral.
“Selama kepemimpinannya, stigma yang paling melekat dengan Edy Rahmayadi memang kontroversi. Karena masih jauh dalam kepemimpinan yang birokratif dan merangkul,” ujarnya.
Beberapa penyampaian dalam pidato resmi pun terkadang Edy Rahmayadi masih jauh dari substansinya . “Jika ini menjadi gaya atau identitasnya, sepertinya akan menjadi preseden buruk jika mau melanjutkan kepemimpinannya,” tegasnya.
Bukan hanya itu, selama empat tahun kepemimpinannya, Edy Rahmayadi, menurutnya juga belum bisa menerjemahkan visi dan misinya dengan baik.
“Gubernur yang seharusnya wakil dari pemerintah pusat di daerah, tetapi dia tidak mampu berkolaborasi dengan baik untuk melanjutkan pembangunan. Ketimpangan pembangunan misalnya saja infrastruktur yang buruk masih sangat dirasakan oleh masyarakat,” ujarnya.
Seperti diketahui, dari awal memimpin, Edy Rahmayadi sering viral karena statementnya yang kontroversi. Di awal kepemimpinannya, Edy dikenal sering marah kepada wartawan dan menantang wartawan. Belum lagi statementnya yang pernah mengatakan jika dirinya menjadi Putin, ia sudah menyerang Ukraina sejak tiga tahun lalu.
Bukan hanya itu, Edy Rahmayadi juga pernah viral dengan menjewer pelatih tim billiar PON. Ia mengusir pelatih tersebut dan sampai berujung sang pelatih membuat laporan ke polisi. Dan yang terakhir, baru-baru ini Edy mengeluarkan statement merasa dibully Partai Golkar. Statement ini malah ia keluarkan di acara Demokrat dan Perindo Sumut.
(mw/ka)