Asal-usul dan Sejarah Terbentuknya Tebing Tinggi Si Kota Lemang
MedanWow.id – Tebing Tinggi menjadi salah satu kota yang berada di Sumatera Utara (Sumut). Jaraknya hanya sekitar 80 kilometer dari Kota Medan.
Daerah yang memiliki penghuni 164.402 jiwa pada 2019 ini berdiri pada 1 Juli 1917. Lokasinya berada di tengah-tengah Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai). Ada lima kecamatan dan 35 kelurahan yang ada di wilayah tersebut.
Lalu, bagaimana asal usul nama dan sejarah terbentuknya Kota Tebing Tinggi? Berikut penjelasannya:
Sejarah Kota Tebing Tinggi
Dikutip dari website resmi Pemkot Tebing Tinggi, awalnya pada tahun 1864 ada seorang bangsawan bernama Datuk Bandar Kajum dari wilayah Bandar Simalungun atau yang sekarang masuk dalam wilayah Pagurawan. Datuk itu bersama pengikut setianya menyusuri Sungai Padang untuk mencari hunian baru.
Lalu, mereka mendarat dan bermukim di sekitar aliran sungai besar itu. Pemukiman itu adalah Kampung Tanjung Marulak atau yang sekarang adalah Kelurahan Tanjung Marulak, Kecamatan Rambutan.
Namun kehidupan Datuk Bandar tidaklah tenteram karena terus saja diburu oleh tentara Kerajaan Raya. Alhasil, Datuk Bandar Kajum memindahkan pemukimannya ke suatu lokasi yang persis berada di bibir Sungai Padang.
Pemukiman itu merupakan sebuah tebing yang tinggi. Dia dan para pengikutnya mendirikan hunian di atas tebing yang tinggi itu sembari memagarinya dengan kayu yang kokoh.
Pemukiman Datuk Bandar Kajum inilah yang sekarang berlokasi di Kelurahan Tebing Tinggi Lama, Kecamatan Padang Hilir dan kini menjadi lokasi pemakaman keturunan Datuk Bandar Kajum. Hal itu lah yang kemudian diyakini menjadi asal usul nama Tebing Tinggi.
Pada masa tersebut, tentara Kerajaan Raya terus menerus menyerang Kampung Tebing Tinggi untuk menangkap Datuk Bandar Kajum. Pada suatu masa, tentara itu datang untuk menangkap Datuk.
Beruntung saat itu, Datuk Bandar tidak berada di tempat. Selain itu, keluarga dan pengikutnya juga melarikan diri ke perkebunan Rambutan yang saat itu di bawah kekuasaan Kolonial Belanda.
Setelah kejadian itu, Datuk Bandar Kajum pun mengadakan serangan balasan terhadap tentara Kerajaan Raya dengan bantuan Belanda. Dalam peperangan itu, dia, bersama pengikutnya berhasil mengalahkan kerajaan itu.
Dalam menjaga ketentraman di daerah itu, Datuk Bandar Kajum pun melakukan perjanjian dengan Belanda. Oleh Belanda daerah kekuasaan Datuk Bandar Kajum ini dilebur menjadi wilayah taklukan Kerajaan Deli.
Pada masa itu, Kota Tebing Tinggi juga dihuni oleh Kerajaan Padang. Kerajaan ini pada masa dulu merupakan daerah otonom yang berada di bawah Kerajaan Deli yang kala itu berpusat di Deli Tua.
Pusat kerajaan ini berada di Kampung Bandar Sakti atau yang sekarang berada di Kelurahan Bandar Sakti, Kecamatan Rambutan. Lokasi itu merupakan pelabuhan sungai dan dulu menjadi pusat perdagangan Kerajaan Padang dengan kerajaan lain.
Pusat administrasi Kerajaan Padang ini berada di sebuah bangunan bergaya arsitektur Eropa yang saat ini menjadi markas Koramil 013, di Jalan KF Tandean. Bangunan itulah yang jadi saksi bisu keberadaan Kerajaan Padang.
Sementara istana raja lokasinya tidak berapa jauh dari pusat administrasi kerajaan. Kerajaan Padang masa itu dihuni penduduk dari multi etnis, baik etnis lokal ataupun dari mancanegara.
Dijuluki Kota Lemang
Kota yang diperkirakan memiliki luas 38.438 km² ini terkenal dengan lemangnya.
Penjual lemang akan mudah ditemukan di Kota Tebing Tinggi. Mereka berjualan di sepanjang jalan kota. Karena itulah, Tebing Tinggi dijuluki kota lemang.
(mw/ds)