Small Tornado di Rancaekek Dilihat dari Satelit, Ngeri Euy

Tornado Rancaekek

MedanWow.id – Small tornado Rancaekek terlihat dari pantauan satelit. Pusaran angin itu tergambarkan dengan jelas dan nampak mengerikan. Gambar itu dibagikan oleh Dr Erma Yulihastin Pakar Klimatologi dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Melalui cuitannya di akun X @EYulihastin, Dr Erma aktif membagikan kabar terbaru soal puting beliung di Rancaekek.

“Pertama kali tercatat: Untuk pertama kalinya, angin puting beliung kecil di atas Indonesia dapat ditangkap oleh satelit. Hal ini menegaskan peristiwa ekstrem tersebut terjadi dalam skala meso. Untuk membatasi angin maksimal, kita harus menyelidiki lebih lanjut,” tulisnya.

Terlihat, satelit itu menangkap gambar pada 21 Februari pukul 16.10 WIB. Di langit Bandung, terpampang pusaran yang tampak luas.

“Pada tahun 2009, kami periset di LAPAN melakukan kajian puting beliung dan mempublikasi artikel ilmiah populer berjudul: “Puting Beliung, Small Tornado yg Sulit Diprediksi.” Kecuali jika skala mikro telah berubah menjadi meso, maka fenomena tsb dapat lebih mudah diprediksi,” ujar Dr Erma.

“Dari skala dampak kerusakan, kasus Rancaekek lebih luas dan lebih parah dibandingkan dengan Cimenyan (28 Maret 2021) yg sudah kamu kaji sebelumnya. Oleh karena itu, kami akan rekonstruksi, karena utk pertama kalinya, fenomena small tornado dapat dideteksi dari satelit,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Peneliti Senior Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Didi Satiadi mengatakan, fenomena yang terjadi di Rancaekek merupakan kejadian cuaca ekstrem yang memperlihatkan karakteristik puting beliung yang sangat kuat. Ditandai dengan area terdampak yang luas serta intensitas yang sangat kuat (menyebabkan bangunan rusak, kendaraan terguling dsb).

Dalam bahasa Inggris, istilah puting beliung dikenal sebagai microscale tornado atau tornado skala kecil. Karena ukurannya yang lebih kecil daripada tornado yang biasa terjadi di daerah lintang menengah.

“Fenomena tornado menggambarkan suatu kolom udara yang berputar sangat cepat, mulai dari awan badai hingga mencapai permukaan tanah, dan biasanya berbentuk seperti corong,” jelas Didi dalam siaran pers yang diterima detikINET.

Masih kata Didi, hasil analisis awal menunjukkan penyebab dari kejadian puting beliung di Rancaekek kemungkinan adalah terjadinya konvergensi angin dan uap air di daratan sekitar wilayah tersebut pada sore hari. Ini menyebabkan pertumbuhan awan cumulonimbus yang sangat cepat dan meluas. Proses pembentukan awan membebaskan panas laten yang selanjutnya meningkatkan updraft (aliran udara ke atas).

 

View this post on Instagram

 

A post shared by medanwow (@medanwow)

(mw/ds)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *