Geger Papua Nugini Rusuh, Tentara Berpatroli di Ibu Kota

People run with merchandise as crowds leave shops with looted goods amid a state of unrest in Port Moresby on January 10, 2024. A festering pay dispute involving Papua New Guineas security forces on January 10 sparked angry protests in the capital, where a crowd torched a police car outside the prime ministers office. By Wednesday afternoon pockets of unrest had spread through the capital Port Moresby, with video clips on social media showing crowds looting shops and stretched police scrambling to restore order. (Photo by Andrew KUTAN / AFP)

MedanWow.id – Pasukan tentara berpatroli di jalan-jalan ibu kota Papua Nugini, Port Moresby pada hari Jumat (12/1), setelah keadaan darurat diberlakukan menyusul kerusuhan yang menewaskan 16 orang.

Perdana Menteri (PM) Papua Nugini James Marape berjanji untuk memulihkan ketenangan setelah massa yang marah mengamuk di Port Moresby pada Rabu malam lalu, memecahkan jendela, menjarah toko-toko dan membakar gedung-gedung.

Pada Kamis (11/1) malam waktu setempat, Marape mengatakan para perusuh akan “membayar akibat” atas pecahnya “pelanggaran hukum”, dan mengumumkan keadaan darurat selama 14 hari di ibu kota Papua Nugini.

Dilansir kantor berita AFP, Jumat (12/1/2024), dengan 1.000 tentara disiagakan untuk meningkatkan keamanan, banyak kantor-kantor cabang bank, pom bensin, dan toko kelontong di Port Moresby mulai dibuka kembali pada hari Jumat.

“Toko-toko telah dibuka, stasiun pengisian bahan bakar telah dibuka, transportasi umum telah dibuka. Orang-orang kembali beraktivitas. Ada rasa damai,” kata Maho Laveil, warga Port Moresby, kepada AFP.

“Ada peningkatan jumlah polisi dan militer di sekitar kota,” ujar dosen ekonomi itu menambahkan.

“Saya pikir risikonya ada pada malam hari,” tuturnya.

Kekerasan pertama kali terjadi di Port Moresby setelah sekelompok tentara, petugas polisi dan penjaga penjara melakukan pemogokan setelah mendapati adanya pemotongan gaji yang tiba-tiba dan tidak dapat dijelaskan.

Di tengah pemogokan itu, warga sipil turun ke jalan-jalan dan kerusuhan pun terjadi di Port Moresby. Kerusuhan itu dengan cepat menyebar ke kota Lae sekitar 300 kilometer (186 mil) ke arah utara Port Moresby.

Pejabat polisi dan kesehatan mengatakan sedikitnya 16 orang tewas di kedua kota terbesar di Papua Nugini tersebut, menurut angka terbaru yang dirilis Jumat.

Marape mengakui bahwa pasukan keamanan mempunyai “alasan kekhawatiran yang nyata”, dan pemerintahnya dengan cepat berjanji untuk memperbaiki apa yang disebutnya sebagai “kesalahan” penggajian.

Namun, dia memperingatkan bahwa “pelanggaran hukum dan kecerobohan” tidak akan ditoleransi.

(mw/ds)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *