Kapal selam wisata ‘Titanic’ hilang di Samudera Atlantik, operasi pencarian besar-besaran digelar – ‘Pasokan oksigen hanya bertahan 70 jam’

Kapal selam 'Titan', Titanic

MedanWow.id – Operasi pencarian dan penyelamatan berskala besar sedang berlangsung di Samudera Atlantik setelah sebuah kapal selam turis hilang saat menyelam ke bangkai kapal Titanic pada hari Minggu.

Kontak dengan kapal selam kecil itu hilang sekitar satu jam 45 menit setelah menyelam, kata Tim Penjaga Pantai AS.

Perusahaan wisata OceanGate mengatakan semua opsi sedang dieksplorasi demi menyelamatkan lima orang di dalamnya.

Tiket berharga $250.000 (atau sekitar Rp2,7 miliar) untuk perjalanan selama delapan hari, termasuk menyelam ke bangkai kapal Titanic di kedalaman 3.800 meter.

Berbagai instansi pemerintah, Angkatan Laut AS dan Kanada, serta sejumlah perusahaan komersial di bidang kelautan ikut membantu operasi penyelamatan, kata para pejabat.

Bangkai kapal Titanic terletak sekitar 700km di selatan St John’s, Newfoundland, walaupun misi penyelamatan dijalankan dari Boston, Massachusetts.

Kapal selam yang diyakini hilang adalah kapal selam Titan milik OceanGate.

Kapal selam seukuran truk yang menampung lima orang dan biasanya menyelam dengan pasokan oksigen darurat selama empat hari.

Pada Senin sore, Laksamana Muda John Mauger dari Penjaga Pantai AS mengatakan dalam jumpa pers: “Kami mengantisipasi upaya pencarian dalam waktu antara 70 dan 96 jam yang tersedia saat ini.”

Dia juga mengatakan bahwa sebuah kapal selam dan pelampung sonar diluncurkan dalam upaya pencarian kapal selam tersebut.

Namun menurutnya area pencarian terletak di wilayah “terpencil”, sehingga membuat operasi pencarian menjadi sulit.

Laksamana Muda Mauger mengatakan tim penyelamat melakukan segala hal yang bisa dilakukan demi membawa mereka yang berada di dalam kapal selam “pulang dengan selamat”.

Hamish Harding, seorang pengusaha dan penjelajah asal Inggris berusia 58 tahun, termasuk di antara mereka yang berada di kapal selam yang hilang, kata keluarganya.

Di media sosial pada akhir pekan, Harding mengatakan dia “bangga akhirnya mengumumkan” bahwa dia akan ikut dalam misi ke bangkai kapal Titanic.

Tetapi dia kemudian menambahkan bahwa karena “musim dingin terburuk di Newfoundland dalam 40 tahun terakhir, kemungkinan misi ini akan menjadi misi berawak pertama dan satu-satunya ke Titanic pada 2023”.

Dia lantas menulis: “Kami akan mencoba menyelam besok.”

OceanGate mengatakan “seluruh fokus pencarian dan penyelamatan [adalah] pada awak kapal selam dan keluarganya”.

“Kami sangat berterima kasih atas bantuan ekstensif yang kami terima dari beberapa lembaga pemerintah dan sejumlah perusahaan komersial di bidang kelautan dalam dalam upaya kami melakukan kontak dengan kapal selam,” tambahnya.

Dalam proposal tawarannya, perjalanan delapan hari dengan kapal selam berbahan serat karbon ini sebagai “kesempatan untuk beranjak dari kehidupan sehari-hari dan menemukan sesuatu yang luar biasa”.

Menurut situs resminya, satu ekspedisi sedang berlangsung dan dua perjalanan lainnya telah direncanakan digelar Juni 2024.

Kapal selam wisata ini biasanya membawa seorang pilot, tiga penumpang, dan satu orang yang menurut perusahaan itu disebut sebagai “ahli konten”.

Perjalanan dimulai dari St John’s di Newfoundland. Setiap proses penyelaman ke bangkai kapal, termasuk turun dan naik, dilaporkan memakan waktu sekitar delapan jam.

Situs resmi OceanGate mencantumkan tiga kapal selam yang dimilikinya, dan hanya kapal selam bernama Titan yang mampu menyelam cukup dalam untuk mencapai reruntuhan Kapal Titanic.

Kapal berbobot 10.432kg dan, menurut situs resminya, dapat mencapai kedalaman hingga 13.100 kaki dan memiliki pasokan oksigen bagi lima awak dalam 96 jam.

Sebuah kapal bernama Polar Prince, yang digunakan untuk mengangkut kapal selam ke lokasi bangkai kapal Titanic, terlibat dalam ekspedisi tersebut, kata pemiliknya kepada BBC.

David Pogue, wartawan CBS yang melakukan perjalanan dengan kapal selam Titan tahun lalu, mengatakan kepada BBC tentang masalah yang mungkin dialami awak kapal selam dan tim yang ada di darat.

Menurutnya, saat ini “tidak ada cara” untuk berkomunikasi dengan kapal selam tersebut, karena baik GPS maupun radio tidak “berfungsi di bawah air”.

“Ketika kapal pendukung berada tepat di atas kapal selam, mereka dapat mengirim pesan teks pendek bolak-balik,” kata Pogue.

Dia menambahkan, karena penumpang terkunci di dalam kapal selam yang dipasang dari luar, sehingga “tidak ada cara untuk melarikan diri, bahkan jika Anda naik ke permukaan sendiri. Anda tidak dapat keluar dari kapal selam tanpa ada bantuan dari upaya awak yang berada di luar.”

Titanic, yang merupakan kapal terbesar pada masanya, menabrak gunung es dalam pelayaran perdananya dari Southampton ke New York pada 1912.

Dari 2.200 penumpang dan awak kapal, lebih dari 1.500 meninggal.

Puing-puingnya telah dieksplorasi secara ekstensif sejak ditemukan pada 1985.

Bangkai kapal itu terbentang dalam dua bagian, dengan haluan dan buritan dipisahkan sekitar 2.600 kaki.

Puing-puing berskala besar berserakan di sekitar bangkai kapal yang rusak.

Bulan lalu, pemindaian digital secara penuh dari bangkai kapal tersebut dibuat dengan menggunakan pemetaan di dasar laut.

Pemindaian itu memperlihatkan skala kapal, serta beberapa detail kecil, seperti nomor seri di salah satu baling-balingnya.

(mw/ds)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *