Bukan Hanya Parasetamol, Kemenkes Mengimbau Setop Segala Jenis Obat Cair

Kementerian Kesehatan RI mengimbau warga untuk tidak menggunakan segala bentuk obat cair atau sirup terlebih dulu. Ditegaskan, imbauan tersebut berlaku bukan hanya untuk obat cair dengan parasetamol, melainkan segala jenis obat cair.

“Sesuai dengan arahan yang dilakukan Jenderal Pelayanan Kesehatan, semua obat sirup atau obat cair. Saya ulangi, semua obat sirup atau obat cair. Bukan hanya parasetamol,” beber juru bicara Kemenkes RI dr Mohammad Syahril dalam konferensi pers virtual terkait Perkembangan Acute Kidney Injury di Indonesia, Rabu (19/10/2022).

Pasalnya, yang kini diduga menjadi biang kerok gangguan ginjal akut misterius pada anak bukanlah parasetamolnya, melainkan bahan pelarut pada obat cair.

“Ini diduga bukan kandungan obatnya saja, tapi adalah suatu komponen lain yang menyebabkan itu bisa terjadi intoksikasi. Untuk sementara ini Kemenkes sudah mengambil langkah untuk menyelamatkan kasus lebih banyak, atau kematian berikutnya. Diberhentikan sementara penggunaannya sampai selesai penelitian dan penelusurannya,” lanjutnya.

Imbauan serupa disampaikan oleh pihak IDAI. Namun lebih lanjut, IDAI menganjurkan warga untuk mengurangi aktivitas berisiko pada anak-anak berusia di bawah lima tahun. Seperti berada di kerumunan, ruang tertutup, atau beraktivitas tanpa masker.

“Tenaga kesehatan menghentikan sementara peresepan obat sirup yang diduga terkontaminasi etilen glikol atau dietilen glikol sesuai hasil investigasi Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan,” demikian tertera dalam keterangan tertulis IDAI yang diterima detikcom, Rabu (19/10)

Lebih lanjut, berikut tiga imbauan IDAI untuk masyarakat dalam keterangan tersebut:

Masyarakat untuk sementara waktu tidak membeli obat bebas tanpa rekomendasi tenaga kesehatan sampai didapatkan hasil investigasi menyeluruh oleh Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Masyarakat hendaknya tetap tenang dan waspada terhadap gejala GgGAPA seperti m berkurangnya atau tidak adanya buang air kecil (BAK) secara mendadak.

Sebaiknya mengurangi aktivitas anak-anak, khususnya balita, yang memaparkan risiko infeksi (kerumunan, ruang tertutup, tidak menggunakan masker, dan lain-lain).

Syahril juga menjelaskan, sebagai alternatif penurun panas (demam), masyarakat bisa menggunakan obat berbentuk tablet atau yang dimasukkan melalui anus (supositoria). Jika memerlukan konsumsi obat cair melalui oral, warga dianjurkan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan lebih dulu.

(mw/ka)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *