BBM Ron 92 Bisa Turun Nih, Harga Minyak Dunia US$78/barel

FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo

Harga minyak mentah dunia menguat pada perdagangan pagi ini setelah akhir pekan lalu jatuh 5% dan berada di posisi terendah dalam 10 bulan.

Pada Senin (26/9/2022) pukul 11.05 WIB harga minyak Brent tercatat US$85,65 per barel, turun 0,58% dibandingkan akhir pekan lalu. Sementara jenis light sweet West Texas Intermediate melemah 0,52% ke US$ 78,33 per barel.

Kedua jenis minyak mentah mencoba bangkit setelah akhir pekan lalu terpuruk karena dolar AS makin perkasa, di mana dolar AS menyentuh level tertingginya dalam lebih dari 20 tahun terakhir.

Indeks dolar AS (DXY), yang mengukur kinerjagreenbackterhadap enam mata uang dunia lainnya pada pekan lalu melesat 3,12%. Saat ini berada di 113,97.

Hal ini membuat minyak dalam tekanan meskipun berusaha bangkit pada perdagangan hari ini. Jika dihitung dari puncaknya di US$125,28 per barel, harga minyak mentah global telah turun 31,63% secara point-to-point (ptp).

“Kami memiliki dolar yang meledak lebih tinggi dan menekan komoditas berdenominasi dolar seperti minyak dan meningkatnya kekhawatiran atas resesi global yang akan datang karena bank sentral menaikkan suku bunga,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York, sebagaiman dikutip dariReuters.

Kebijakan moneter yang ketat mendorong dolar AS untuk melaju. Pada Rabu lalu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bp) menjadi 3% – 3,25%, serta menegaskan sikap agresifnya.

The Fed kini melihat suku bunga akan mencapai 4,6% (kisaran 4,5% – 4,75%) di tahun depan. Artinya, masih akan ada kenaikan 150 basis poin dari level saat ini.

“Harga minyak kembali ambruk karena kekhawatiran pertumbuhan global mencapai mode panik mengingat paduan suara komitmen bank sentral untuk memerangi inflasi. Tampaknya bank sentral siap untuk tetap agresif dengan kenaikan suku bunga dan itu akan melemahkan aktivitas ekonomi dan prospek permintaan minyak mentah jangka pendek,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, dilansir dariReuters.

Analis mengatakan minyak mentah harus mendapat dukungan karena Rusia memperkuat pasukan untuk perang di Ukraina dan sanksi Uni Eropa terhadap minyak Rusia akan mulai berlaku pada bulan Desember.

“Ini benar-benar tanda tanya besar bagi minyak dalam memperkirakan beberapa kuartal ke depan – bagaimana proyeksi permintaan yang lebih lemah membebani sanksi Uni Eropa,” kata analis Commonwealth Bank Vivek Dhar yang memperkirakan Brent akan kembali ke $100 per barel pada kuartal keempat.

“Masih akan menjadi tantangan bagi pasar untuk menemukan minyak itu untuk menggantikan pasokan Rusia,” kata Dhar.

(mw/ka)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *