China Mau Teliti Ledakan Matahari Pakai Teleskop Terbesar Dunia
Jika James Webb Space Telescope saja sudah disebut teleskop raksasa, China kini sedang mengembangkan teleskop terbesar di dunia. Teleskop ini dirancang untuk mempelajari Matahari.
Daocheng Solar Radio Telescope (DSRT), demikian nama teleskop tersebut, akan membantu ilmuwan lebih memahami coronal mass ejection (CME) atau lontaran massa koronal, yaitu ledakan besar Matahari yang berpotensi melumpuhkan internet dunia dan mengganggu layanan satelit global.
DSRT saat ini sedang dibangun di dataran tinggi di Provinsi Sichuan, China barat daya. Setelah selesai, susunan teleskop besar ini akan memiliki keliling seluas 3,14 kilometer, dengan total 313 piringan, masing-masing dengan diameter 6 meter. Teleskop ini akan mengamati Matahari dalam gelombang radio.
CME boleh dibilang adalah pelepas besar-besaran plasma dan medan magnet dari permukaan Matahari, korona. Mereka mengirim partikel bermuatan tinggi dalam gelombang ke arah luar Tata Surya.
Medan magnet Bumi umumnya melindungi kita dari semburan Matahari ini. Tetapi CME yang sangat kuat berpotensi melumpuhkan peralatan listrik, termasuk infrastruktur internet dan satelit.
Untuk diketahui, Matahari saat ini berada dalam fase aktif dari siklus Matahari 11 tahun, yang berarti ada kemungkinan CME besar yang lebih tinggi terjadi.
Pada tahun 1989, misalnya, badai Matahari menyebabkan pemutusan pasokan listrik lebih dari 6 juta orang di dan sekitar Québec, Kanada selama sembilan jam. Peristiwa itu bahkan menghentikan Bursa Efek Toronto selama tiga jam karena mengganggu operasional komputer.
Asisten profesor dari University of California, Irvine, Sangeetha Abdu Jyothi, baru-baru ini memperingatkan bahwa kita sekarang jauh lebih bergantung pada infrastruktur listrik daripada sebelumnya, dan pemadaman serupa yang memengaruhi infrastruktur internet global dapat menelan biaya USD7,2 miliar per hari.
(mwka)