Ekspor Cetak Rekor, Neraca Dagang RI Surplus US$4,53 M Maret 2022
Ekspor Indonesia mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah US$26,50 miliar atau setara Rp380,5 triliun (kurs Rp14.360 per dolar AS) pada Maret 2022.
“Ekspor di Maret ini tertinggi sepanjang sejarah Indonesia,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (18/4).
Pada Maret lalu, ekspor naik 29,42 persen dari US$20,47 miliar pada Februari 2022 menjadi US$26,50 miliar. Kenaikan ini didorong oleh sektor minyak dan gas bumi (migas) yang naik 41,24 persen dan bidang non migas naik 28,82 persen dibandingkan Februari.
Baca juga : Harga Kripto Hari Ini: Bitcoin Anjlok, Merah Semua!
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, ekspor juga melonjak signifikan hingga 44,36 persen dari US$18,35 miliar per Maret 2021 menjadi US$26,50 miliar. Sektor nonmigas menjadi penyumbang ekspor terbesar sebesar US$25,09 miliar. Sisanya, sektor migas berkontribusi US$1,41 miliar.
Industri pengolahan menjadi sektor dengan penyumbang ekspor terbesar yakni US$19,26 miliar, disusul sektor pertambangan sebesar US$5,40 miliar, sektor migas sebesar US$1,41 miliar, dan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar US0,43 miliar.
Berdasarkan jenis barangnya, bahan bakar mineral menjadi juara ekspor Maret lalu sebesar US$1.6 miliar, kemudian besi dan baja sebesar US$692 juta, lemak dan minyak hewan atau nabati sebesar US$655,1 juta, nikel dan barang daripadanya sebesar US$369 juta dan logam mulia dan perhiasan sebesar US$239 juta.
Di lain sisi, impor Indonesia pada periode yang sama naik 32,02 persen atau US$21,97 miliar dari sebelumnya US$16,64 miliar pada Februari lalu. Catatan ini juga meningkat jika dibandingkan Maret tahun lalu yang hanya sebesar US$16,79 miliar.
Walau demikian, Margo mengatakan Indonesia masih berhasil mempertahankan rekor surplus neraca perdagangan selama hampir dua tahun. “Jadi Maret 2022 ini Indonesia masih surplus US$4,53 miliar dan neraca perdagangan ini adalah surplus beruntun untuk 23 bulan,” katanya.
Ia menambahkan jenis barang yang menyumbang surplus neraca perdagangan adalah bahan bakar mineral, minyak nabati, dan besi dan baja. Kemudian, negara yang menyumbang surplus tersebut adalah Amerika Serikat, India, dan Filipina.
“Dengan AS kita surplus US$2,03 miliar dari sektor lemak dan minyak hewan atau nabati dan alas kaki. Kemudian, India surplus US$1,21 miliar dari bahan bakar mineral dan juga lemak dan minyak hewan atau nabati. Terakhir, Filipina kita surplus US$916 juta dari sektor kendaraan dan bagiannya,” katanya.
Sumber : cnnindonesia